Minggu, 23 Juni 2013

Penilaian dan Pengajaran Keterampilan Abad 21

Keterampilan Belajar Abad 21 Untuk Melatih Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Melalui Sistem Pembelajaran Berbasis ICT (Information and Communication Technology)

Abad 21 yang dikenal semua orang sebagai abad pengetahuan yang merupakan landasan utama dari segala aspek kehidupan. Paradigma pembelajaran abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa untuk berpikir kritis, mampu menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi komunikasi, dan berkolaborasi. Pencapaian keterampilan tersebut dapat dicapai dengan penerapan metode pembelajaran yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan keterampilan.
Kemampuan menghubungkan ilmu dengan dunia nyata dilakukan dengan mengajak siswa melihat kehidupan dalam dunia nyata. Memaknai setiap materi ajar terhadap penerapan dalam kehidupan penting untuk mendorong motivasi belajar siswa. Secara khusus pada dunia pendidikan dasar yang relatif masih berpikir konkrit, kemampuan guru menghubungkan setiap materi ajar dengan kehidupan nyata akan meningkatkan penguasaan materi oleh siswa. (Patrick Griffin & Barry McGaw. 2012)
Untuk memasuki New world of work pada abad 21, Keterampilan belajar abad 21 mempunyai ciri:
  1. Critical thinking and problem solving.
  2. Creativity and innovation.
  3. Collaboration, teamwork, and leadership.
  4. Cross-cultural understanding, communications, information, and media literacy.
  5. Computing and ICT literacy.
  6. Career and learning self-reliance.
Ada 4 kategori keterampilan yang diperlukan pada abad 21 diantaranya sebagai berikut :
  1. Ways of thinking (Cara berpikir); Kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan belajar.
  2. Ways of working (Cara kerja dan Komunikasi); Kolaborasi dan Komunikasi (communication).
  3. Tools for working (Alat untuk bekerja); Teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dan informasi literasi.
  4. Skills for living in the world (Keterampilan untuk hidup di dunia); Kewarganegaraan - lokal dan global (citizenship – local and global), Kehidupan dan karier (life and career), Personal dan tanggung jawab sosial-budaya, termasuk kesadaran dan kompetensi (personal and social responcibility, including cultural awarness and competence).
Beberapa karakter belajar yang diperlukan di abad ke-21, yaitu :
  1. Communication. Pada karakter ini, siswa dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia.
  2. Collaboration. Pada karakter ini, siswa menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda.
  3. Critical Thinking and Problem Solving. Pada karakter ini, siswa berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit; memahami interkoneksi antara sistem.
  4. Creativity and Innovation. Pada karakter ini, siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
Bentuk pembelajaran berbasis ICT memberikan manfaat bagi para guru diantaranya sebagai berikut : 
  1. Memperoleh materi pembelajaran dengan akses lebih mudah. Guru dalam melakukan persiapan mengajar akan lebih ringan karena guru dapat langsung menyeleksi, menyalin dan mengedit materi yang akan disajikan;
  2. Meningkatkan kompetensi pedagogik pendidik, salah satunya kreativitas serta inovasi mengembangkan konten pembelajaran;
  3. Guru dapat menyusun materi sesuai dengan kebutuhan peseta didik akan kehidupan nyata; dan
  4. Meningkatkan komunikasi interaktif dengan para peserta didik tanpa batas ruang dan waktu.
Peran Standar Evaluasi dalam Pengembangan Keterampilan Abad 21

Standarisasi berbasis evaluasi memberikan bukti empiris untuk menilai kinerja dan dapat melayani berbagai pengambilan keputusan demi mencapai tujuan (akuntabilitas, seleksi, penempatan, evaluasi, diagnosis, atau perbaikan), evaluasi yang telah dilakukan di masa lalu seperti telah menemukan efek yang cukup seragam, yaitu :
  1. Evaluasi menjadi prioritas kurikulum dan pengajaran, sandaran visibilitas berfungsi untuk memfokuskan standar isi pendidikan.
  2. Guru cenderung menggunakan pendekatan model pedagogis high visibility yang bergantung pada tes.
  3. Instruksi yang telah digunakan lebih menekankan keterampilan kognitif tingkat rendah.
  4. Pengembang kurikulum khususnya untuk kepentingan komersial, menanggapi tes penting dengan memodifikasi buku yang ada dan bahan ajar lainnya atau pengembangan dan pemasaran buku-buku baru.
  5. Sekolah dan guru terlalu fokus pada aspek-aspek yang akan diujiankan bukan pada apa yang menjadi standar atau tujuan pembelajaran.
  6. Evaluasi lebih difokuskan pada tes bukan pembelajaran yang mendasarinya.
  7. Pembelajaran instruksional diarahkan pada tes, sekolah memberikan para siswa berbagai jenis tes mulai dari kegiatan ujian “komersial”, kelas khusus, pekerjaan rumah, dan lain-lain.
  8. Desain dan pengembangan evaluasi harus menyatukan dasar penelitian yang kaya ada pada proses siswa belajar dan bagaimana itu berkembang untuk menghasilkan generasi baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar