Minggu, 23 Juni 2013

Sumber dan Media Pembelajaran IPS

1. Sumber Media Pembelajaran Kontekstual dan Elektronik
1.1. Media Pembelajaran kontekstual IPS di SD
Dewasa ini media pendidikan memiliki peranan penting di dalam proses pembelajaran. Dunia pendidikan menuntut penggunaan media pendidikan dari yang sederhana sampai yang canggih. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran karena siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber, misalnya lingkungan sekitar, buku literature, TV, surat kabar, majalah, dan jaringan internet.
Masalahnya sekarang apakah guru IPS sudah memanfaatkan berbagai media sebagai sumber pembelajaran secara efektif?
Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang berarti perantara atau alat (sarana) untuk mencapai sesuatu.
Assosiation for Education and Communication Technology (AECT) mendifinisikan media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk sesuatu proses penyaluran informasi.
Sedangkan Education Assiciation (NEA) mendifinisikan media sebagai benda yang dapat di manipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.
Lebih jelas lagi Koyo K dan Zulkarimen Nst (1983) mendefinisikan media sebagai berikut: “Media adalah sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemampuan seseorang sehingga dapat mendorong tercapainya proses belajar pada dirinya”.
Husain Achmad menyatakan bahwa media pendidikan pengertiannya identik dengan peragaan.
Oemar Hamalik menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Sedangkan media pengajaran menurut Kosasih Djahiri, 1978/1979 : 66 adalah segala alat bantu yang dapat memperlancar keberhasilan mengajar. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar, guru harus selalu menghubungkan alat bantu mengajar dengan kegiatan mengajarnya.
Pendekatan Kontekstual
Kontekstual diambil dari kata asalnya dalam Bahasa Inggris, yaitu contekstual yang berarti memiliki hubungan dengan konteks atau dalam konteks, yang berkenaan, relefan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makna, dan kepentingan (meaningful).

Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu, baik secara individu maupun kelompok.
Pendekatan kontekstual Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru yang mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota kelurga dan masyarakat.
Pentingnya Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran.

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi pendidik (guru) dengan peserta didik (siswa), untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam ungkapan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan peserta didik.

Penilaian dan Pengajaran Keterampilan Abad 21

Keterampilan Belajar Abad 21 Untuk Melatih Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Melalui Sistem Pembelajaran Berbasis ICT (Information and Communication Technology)

Abad 21 yang dikenal semua orang sebagai abad pengetahuan yang merupakan landasan utama dari segala aspek kehidupan. Paradigma pembelajaran abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa untuk berpikir kritis, mampu menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi komunikasi, dan berkolaborasi. Pencapaian keterampilan tersebut dapat dicapai dengan penerapan metode pembelajaran yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan keterampilan.
Kemampuan menghubungkan ilmu dengan dunia nyata dilakukan dengan mengajak siswa melihat kehidupan dalam dunia nyata. Memaknai setiap materi ajar terhadap penerapan dalam kehidupan penting untuk mendorong motivasi belajar siswa. Secara khusus pada dunia pendidikan dasar yang relatif masih berpikir konkrit, kemampuan guru menghubungkan setiap materi ajar dengan kehidupan nyata akan meningkatkan penguasaan materi oleh siswa. (Patrick Griffin & Barry McGaw. 2012)
Untuk memasuki New world of work pada abad 21, Keterampilan belajar abad 21 mempunyai ciri:
  1. Critical thinking and problem solving.
  2. Creativity and innovation.
  3. Collaboration, teamwork, and leadership.
  4. Cross-cultural understanding, communications, information, and media literacy.
  5. Computing and ICT literacy.
  6. Career and learning self-reliance.
Ada 4 kategori keterampilan yang diperlukan pada abad 21 diantaranya sebagai berikut :
  1. Ways of thinking (Cara berpikir); Kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan belajar.
  2. Ways of working (Cara kerja dan Komunikasi); Kolaborasi dan Komunikasi (communication).
  3. Tools for working (Alat untuk bekerja); Teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dan informasi literasi.
  4. Skills for living in the world (Keterampilan untuk hidup di dunia); Kewarganegaraan - lokal dan global (citizenship – local and global), Kehidupan dan karier (life and career), Personal dan tanggung jawab sosial-budaya, termasuk kesadaran dan kompetensi (personal and social responcibility, including cultural awarness and competence).
Beberapa karakter belajar yang diperlukan di abad ke-21, yaitu :
  1. Communication. Pada karakter ini, siswa dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia.
  2. Collaboration. Pada karakter ini, siswa menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda.
  3. Critical Thinking and Problem Solving. Pada karakter ini, siswa berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit; memahami interkoneksi antara sistem.
  4. Creativity and Innovation. Pada karakter ini, siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
Bentuk pembelajaran berbasis ICT memberikan manfaat bagi para guru diantaranya sebagai berikut : 
  1. Memperoleh materi pembelajaran dengan akses lebih mudah. Guru dalam melakukan persiapan mengajar akan lebih ringan karena guru dapat langsung menyeleksi, menyalin dan mengedit materi yang akan disajikan;
  2. Meningkatkan kompetensi pedagogik pendidik, salah satunya kreativitas serta inovasi mengembangkan konten pembelajaran;
  3. Guru dapat menyusun materi sesuai dengan kebutuhan peseta didik akan kehidupan nyata; dan
  4. Meningkatkan komunikasi interaktif dengan para peserta didik tanpa batas ruang dan waktu.
Peran Standar Evaluasi dalam Pengembangan Keterampilan Abad 21

Standarisasi berbasis evaluasi memberikan bukti empiris untuk menilai kinerja dan dapat melayani berbagai pengambilan keputusan demi mencapai tujuan (akuntabilitas, seleksi, penempatan, evaluasi, diagnosis, atau perbaikan), evaluasi yang telah dilakukan di masa lalu seperti telah menemukan efek yang cukup seragam, yaitu :
  1. Evaluasi menjadi prioritas kurikulum dan pengajaran, sandaran visibilitas berfungsi untuk memfokuskan standar isi pendidikan.
  2. Guru cenderung menggunakan pendekatan model pedagogis high visibility yang bergantung pada tes.
  3. Instruksi yang telah digunakan lebih menekankan keterampilan kognitif tingkat rendah.
  4. Pengembang kurikulum khususnya untuk kepentingan komersial, menanggapi tes penting dengan memodifikasi buku yang ada dan bahan ajar lainnya atau pengembangan dan pemasaran buku-buku baru.
  5. Sekolah dan guru terlalu fokus pada aspek-aspek yang akan diujiankan bukan pada apa yang menjadi standar atau tujuan pembelajaran.
  6. Evaluasi lebih difokuskan pada tes bukan pembelajaran yang mendasarinya.
  7. Pembelajaran instruksional diarahkan pada tes, sekolah memberikan para siswa berbagai jenis tes mulai dari kegiatan ujian “komersial”, kelas khusus, pekerjaan rumah, dan lain-lain.
  8. Desain dan pengembangan evaluasi harus menyatukan dasar penelitian yang kaya ada pada proses siswa belajar dan bagaimana itu berkembang untuk menghasilkan generasi baru.

Senin, 17 Juni 2013

Pembelajaran Sejarah

1. Pengertian Sejarah
a. Etimologi
Kata sejarah secara harafiah berasal dari bahasa Arab (شجرة: šajaratun) yang artinya Pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (تاريخ). Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah sejarah yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi, meskipun begitu, banyak yang mengakui bahwa istilah sejarah berasal-muasal,dalam bahasa Yunani historia. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis.
Menilik pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisasi.
b. Pengertian menurut para ahli
· J.V. Bryce
Sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia.
· W.H. Walsh
Sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti.
· Patrick Gardiner
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia.
· Roeslan Abdulgani
Ilmu sejarah adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadian dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan.
· Moh. Yamin
Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.
· Ibnu Khaldun (1332-1406)
Sejarah didefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu.
· Moh. Ali
Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, mempertegas pengertian sejarah sebagai berikut:
1. Jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
2. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
3. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
Dari beberapa uraian di atas dibuat kesimpulan sederhana bahwa sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah merupakan suatu peristiwa yang abadi, unik, dan penting.
· Peristiwa yang abadi
Peristiwa sejarah tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepanjang masa.
· Peristiwa yang unik
Peristiwa sejarah hanya terjadi satu kali dan tidak pernah terulang persis sama untuk kedua kalinya.
· Peristiwa yang penting
Peristiwa sejarah mempunyai arti dalam menentukan kehidupan orang banyak.

2. Tujuan Pendidikan Sejarah
Tujuan Pendidikan Sejarah menurut Ismaun (2011:114), :
1. Mampu memahami sejarah dalam hal:
a. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa
b. Memiliki kemampuan berpikir secara kritis yang dapat digunakan untuk menguji dan memanfaatkan pengetahuan sejarah.
c. Memiliki keterampilan sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai informasi yang sampai kepadanya guna menentukan keabsahan informasi tersebut
d. Memahami dan mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat di lingkungan sekitarnya serta digunakan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analistis.
2. Memiliki kemampuan dan kesadaran serta mampu memahami sejarah dalam hal:
a. Memiliki pengetahuan dan penanaman tentang peristiwa
b. Memiliki kemampuan berpikir secara kritis yang dapat digunakan untuk menguji dan memanfaatkan pengetahuan sejarah
c. Memiliki keterampilan sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai informasi yang sampai kepadanya guna menentukan keaslian informasi tersebut
d. Memahami dan mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat di lingkungan sekitarnya serta digunakan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analistis.
3. Memiliki kesadaran sejarah, dalam arti:
a. Memiliki kesadaran akan pentingnya dan berharganya waktu untuk dimanfaatkan sebaik−baiknya
b. Kesadaran akan terjadinya perubahan terus menerus sepanjang kehidupan umat manusia serta lingkungannya
c. Kesadaran akan memiliki kemampuan untuk menyaring nilai/nilai yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah
d. Memiliki kemampuan untuk menyaring nilai−nilai yang terkandung dalam sejarah, memilih serta mengembangkan nilai−nilai yang positif bagi dirinya
e. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengambil teladan yang baik untuk bagi para tokoh pelaku untuk tidak mengulangi lagi atau menghindari dan meniadakan hal/hal bersifat negatif dalam peristiwa sejarah.
4. Memiliki wawasan sejarah, dalam arti:
a. Memiliki wawasan tentang kelangsungan dan perubahan (Contin and change) dalam sejarah sebagai satu kesatuan tiga dimensi waktu; masa yang lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.
b. Memiliki wawasan terhadap tiga dimensi waktu sejarah sebagai rangkaian kausalitas sejarah
c. Memiliki kemampuan belajar dari pengalaman sejarah masa lampau, melihat kenyataan sekarang, dan mengutamakan pandangan masa depan yang lebih maju dan bermutu baik.

3. Landasan Pendidikan Sejarah
Landasan Filosofis Pembelajaran Sejarah
Filosofi untuk kurikulum studi−studi sosial dan juga kurikulum mata pelajaran lainnya telah berdasarkan pada essensialisme dan perenialisme. Selama ini lebih dari lima dekade pengembangan kurikulum di Indonesia telah di dominasi oleh dua filosofi tersebut. Dengan essensialisme berarti bahwa tujuan pendidikan dan oleh karena itu kurikulum harus di arahkan terhadap “pengembangan intelek, keunggulan akademik”. Perenialisme memiliki arah yang sama yaitu utuk “pengembangan kekuatan rasional” dan “keunggulan akademik”. Pendidikan harus mengembangan kapasitas manusia dan ini berarti kurikulum studi−studi sosial harus mempertimbangkan semua jenis intelejensi. Ini berarti untuk dapat berkonstribusi terhadap pengembangan kapasitas manusia, kurikulum studi−studi sosial harus memiliki orientasi baru dalam filosofi. (Hasan,2009:2)
Kesadaran sejarah dalam pembelajaran sejarah memerlukan partisipasi aktif, memecahkan masalah dan kerja sama. Guru berperan sebagai fasilitator, dan pembimbing untuk mendorong berkembangnya how to learn pada diri siswa. Beberapa indikator siswa yang memiliki kesadaran sejarah adalah tumbuhnya minta perhatian, rasa hayat sejarah, dan kerja sama. Keseluruhan indikator tersebut mencerminkan adanya pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Peningkatan kesadaran sejarah siswa sebagai salah satu tujuan kurikulum baru adalah pandangan filosofi konstruktivisme. Konstruktivisme didasarlan pada pendapat bahwa kita semua membangun presfektif dunia kita sendiri melalui (schema) dan pengalaman individu.(Isjoni:57).
Berdasarkan pandangan filofofis kontruktivisme bahwa konstruktivisme memusatkan pembelajaran dengan menyiapkan siswa untuk memecahkan masalah yang rancu. Margel (dalam Isjoni, 2008:57) mengatakan bahwa pengetahuan dibangun dari pengalaman .
Filsafat konstruktivisme menurut Jalal dan Supriadi (dalam, Isjoni:57,58) bahwa:
1. Pengetahuan berdasarkan subjek.
2. Subjek membentuk sendiri skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.
3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang yang membentuk pengetahuan ketika berhadapan dengan pengalaman.
Berdasarkan Filsafat Konstruktivisme Jean Piaget (dalam, Isjoni:58) mengatakan:
Pengetahuan dibangun secara aktif oleh individu sendiri dengan berbagai cara dengan membaca, mendengar, bertanya, menelusuri dan melakukan eksperimen dalam pandangan kontsruktivisme peserta didik diharapkan memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan.
Sejalan dengan pandangan ahli diatas bahwa filsafat konstruktivisme yang menjadi landasan dari pembelajaran sejarah adalah pengetahuan dibangun oleh pengalaman siswa sendiri, pengetahuan itu berdasarkan pengalaman diri siswa, dan pengetahuan dibangun dengan berbagai cara membaca, mendengar, bertanya, menelusuri dan melakukan eksperimen dalam pandangan kontsruktivisme peserta didik diharapkan memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan.

4. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
a. Pengertian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Untuk mendapatkan wawasan mengenai arti pendidikan budaya dan karakter bangsa perlu dikemukakan pengertian istilah budaya, karakter bangsa, dan pendidikan. Pengertian yang dikemukakan di sini dikemukakan secara teknis dan digunakan dalam mengembangkan pedoman ini. Guru-guru Antropologi, Pendidikan Kewarganegaraan, dan mata pelajaran lain, yang istilah-istilah itu menjadi pokok bahasan dalam mata pelajaran terkait, tetap memiliki kebebasan sepenuhnya membahas dan berargumentasi mengenai istilah-istilah tersebut secara akademik.
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan, manusia diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Ketika kehidupan manusia terus berkembang, maka yang berkembang sesungguhnya adalah sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi, serta seni. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila; jadi pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa, dan pendidikan yang telah dikemukakan di atas maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif .
Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang. Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.
b. Landasan Pedagogis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpishkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya.
Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh ummat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya terdekat maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsa dan dia tidak mengenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan (valueing).
Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat pula kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik. Pada titik kulminasinya, norma dan nilai budaya secara kolektif pada tingkat makro akan menjadi norma dan nilai budaya bangsa. Dengan demikian, peserta didik akan menjadi warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara berpikir, cara bertindak, dan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan norma dan nilai ciri ke-Indonesiaannya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas, “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Oleh karena itu, aturan dasar yang mengatur pendidikan nasional (UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa.
Pendidikan adalah suatu proses enkulturasi, berfungsi mewariskan nilai-nilai dan prestasi masa lalu ke generasi mendatang. Nilai-nilai dan prestasi itu merupakan kebanggaan bangsa dan menjadikan bangsa itu dikenal oleh bangsa-bangsa lain. Selain mewariskan, pendidikan juga memiliki fungsi untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan prestasi masa lalu itu menjadi nilai-nilai budaya bangsa yang sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, serta mengembangkan prestasi baru yang menjadi karakter baru bangsa. Oleh karena itu, pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan inti dari suatu proses pendidikan.
Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum (kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama, pendidikan jasmani dan olahraga, seni, serta ketrampilan). Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting. Kesadaran tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui sejarah yang memberikan pencerahan dan penjelasan mengenai siapa diri bangsanya di masa lalu yang menghasilkan dirinya dan bangsanya di masa kini. Selain itu, pendidikan harus membangun pula kesadaran, pengetahuan, wawasan, dan nilai berkenaan dengan lingkungan tempat diri dan bangsanya hidup (geografi), nilai yang hidup di masyarakat (antropologi), sistem sosial yang berlaku dan sedang berkembang (sosiologi), sistem ketatanegaraan, pemerintahan, dan politik (ketatanegaraan/politik/ kewarganegaraan), bahasa Indonesia dengan cara berpikirnya, kehidupan perekonomian, ilmu, teknologi, dan seni. Artinya, perlu ada upaya terobosan kurikulum berupa pengembangan nilai-nilai yang menjadi dasar bagi pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dengan terobosan kurikulum yang demikian, nilai dan karakter yang dikembangkan pada diri peserta didik akan sangat kokoh dan memiliki dampak nyata dalam kehidupan diri, masyarakat, bangsa, dan bahkan umat manusia.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.
c. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:
· Pengembangan
pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik. Ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa.

· Perbaikan
Memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.
· Penyaring
Untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
d. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:
· Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
· Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.
· Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.
· Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
· Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
e. Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini :
· Agama
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
· Pancasila
Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.
· Budaya
Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.
· Tujuan Pendidikan Nasional
Sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut ini :No. Nilai Deskripsi
1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5 Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10 Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11 Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12 Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13 Bersahabat/
Komuniktif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15 Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16 Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18 Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.


Catatan:
Sekolah dan guru dapat menambah atau pun mengurangi nilai-nilai tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani sekolah dan hakekat materi SK/KD dan materi bahasan suatu mata pelajaran. Meskipun demikian, ada 5 nilai yang diharapkan menjadi nilai minimal yang dikembangkan di setiap sekolah yaitu nyaman, jujur, peduli, cerdas, dan tangguh/kerjakeras.

Books Report Ecological Literacy chapter 1

BAB I
PENDAHULUAN

Judul Buku : Ecological Literacy
Penulis : Michael K. Stone dan Zenobia Barlow
Penerbit : Sierra Club Books
Sinopsis :
Buku ini merupakan buku penting yang mensintesis teori canggih dan cerita inspiratif yang sukses untuk pendidikan ekologi dari SD sampai tingkat Perguruan Tinggi. Buku ini berisi paparan tentang reorientasi cara manusia hidup dan cara mendidik anak untuk mencapai hal yang mereka inginkan memiliki banyak kesamaan, itulah yang dikatakan oleh para ahli dalam buku ini. Kedua hal tersebut dikatakan sama karena harus didapatkan dengan memperbaiki berbagai sistem kehidupan yang ada, seperti sistem keluarga, ekologi, dan politik. Namun, upaya kita untuk memperbaiki dan membangun sistem kehidupan masyarakat secara berkelanjutan tersebut hanya dapat terlaksana apabila generasi kita di masa yang akan datang bisa menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan menjaga warisan nenek moyang atau yang dalam buku ini disebut sebagai Ecological Literacy (Peduli Lingkungan).
Konsep peduli lingkungan yang dijelaskan oleh pencipta buku ini yaitu Pusat Ecoliteracy di Berkeley, California, telah melampaui pembahasan yang dipaparkan oleh disiplin ilmu lingkungan. Seperti yang telah dikatakan oleh David W. Orr dalam penulisan kata pengantarnya, pembahasan buku ini bertujuan untuk membantu kita menuju transformasi dalam bidang substansi, proses, dan ruang lingkup pendidikan pada semua tingkatan.
Kumpulan laporan dan esai yang terdapat dalam buku ini telah menjadi suatu karya yang luar biasa yang dikerjakan oleh para ahli berpengalaman. Contohnya, ikon kuliner Alice waters yang mendirikan suatu program yang tidak hanya menyediakan makanan sehat bagi siswa akan tetapi dia juga mengajarkan mereka untuk berkebun. Hal tersebut dapat mengajarkan siswa tentang siklus hidup dan arus energi yang terdapat dalam kurikulum pembelajaran mereka. Disamping itu proyek yang dikerjakan siswa didukung oleh pusat yang memang telah merencanakan program tentang perbaikan dan pendidikan lingkungan.
Dengan kontribusi dari para penulis dan pendidik terkemuka, seperti Fritjof Capra, Wendell Berry, dan Michael Ableman. Buku Ecological literacy ini memadukan berbagai teori dan praktek berdasarkan pemikiran para ahli terbaik tentang bagaimana dunia sebenarnya bekerja dan tentang bagaimana proses pembelajaran terjadi. Itulah sebabnya pusat ecoliteracy memahami bahwa untuk secara efektif mendidik orang tentang hidup yang berkelanjutan. Kita perlu membawa kecerdasan emosional dan sosial untuk kegiatan ekologi kita. Buku ini dijadikan sebagai suatu paduan oleh orang tua dan pendidik yang terlibat secara langsung dalam upaya kreatif untuk mengembangkan kurikulum baru dan meningkatkan pemahaman ekologi anak.
Pendapat tentang buku Ecological Literacy menurut para ahli dapat kita lihat sebagai berikut :
a. Menurut Michael Pollan
Dari Michael Pollan, seorang pengarang The Botany of Desire menyatakan bahwa "Krisis ekologi adalah sebagian dari krisis pendidikan. Volume ini membuat kontribusi yang sangat penting untuk memikirkan kembali bagaimana cara kita mengajarkan anak-anak kita tentang tempat mereka di alam. Buku ini merupakan terbaik dari jenisnya."
b. Menurut Bora Simmons
Dari Bora Simmons, mantan presiden, Amerika Utara Asosiasi Pendidikan Lingkungan menyatakan bahwa "Ini adalah buku yang luar biasa Zenobia Barlow dan Michael Batu menyajikan array indah esai yang merangkul teori, filosofi dan praktek dengan semangat dan substansi peduli lingkungan. Mendidik Anak-anak Kita untuk peduli terhadap keadaan bumi merupakan hadiah luar biasa untuk pendidikan lingkungan di mana-mana."
c. Menurut Jaimie P. Cloud
Jaimie P. Cloud adalah presiden Cloud Institut Pendidikan Keberlanjutan di New York City. Jaimie mengatakan bahwa kedua sistem pembelajaran dan sistem hidup berkembang dari waktu ke waktu, dan menyaksikan keselarasan antara keduanya adalah suatu proses yang menakjubkan. Oleh karena itu dia mengutarakan bahwa buku ini klasik dan abadi.
Ecological literacy adalah bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin memahami apa yang dimaksud dengan, "Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan." Isi inti dan kebiasaan pemikiran yang menjadi ciri untuk Pendidikan Keberlanjutan yang mulus dan elegan telah dikomunikasikan oleh banyak ahli yang paling dihormati sebagai cara pendidikan pengalaman yang berpusat pada peserta didik.

d. Menurut David Orr
"Semua pendidikan adalah pendidikan lingkungan," tulis seorang profesor ilmu lingkungan David Orr dalam kata pengantarnya. "Krisis ekologi dalam segala hal merupakan krisis pendidikan." Mengacu pada tradisi yang membentang dari Plato ke John Dewey, Orr bersikeras mendefinisikan pendidikan yang baik tidak hanya sebagai penguasaan materi pelajaran tetapi juga sebagai penanaman nilai-nilai "Pendidikan," tulisnya, hubungannya dengan pertanyaan abadi tentang bagaimana kita harus hidup."
e. Menurut David Sobel
David Sobel adalah Direktur Program Sertifikasi Guru, Antioch New England Graduate School dan penulis Tempat Berbasis Pendidikan, Menghubungkan Ruang Kelas dan Komunitas.
® Saya menyukai buku ini karena :
1. Ini adalah buku tentang pendidikan yang bijaksana. Dan tidak banyak buku pendidikan yang bijaksana. Buku pendidikan terbagi dalam dua kategori. Risalah teoritis untuk jenis kebijakan universitas atau para kritikus dan panduan kurikulum untuk guru kelas. Tapi Literasi Ekologi pergi dari pemahaman yang mendalam dari sistem ekologi dan sekolah untuk kepraktisan membuat ruang kelas menjadi laboratorium demokrasi dan hidup sehat.
2. Saya suka buku ini karena menyampaikan tentang perubahan pendidikan. Dalam pendahuluan salah satu esai, salah satu editor mengatakan, "Salah satu alasan bahwa lembaga-lembaga perubahan dapat memakan waktu selama ini adalah perlunya membangun hubungan, meskipun waktu itu sering tidak diperhitungkan atau dapat menganggap sebagai roda yang berputar oleh mereka yang ingin melihat hasil yang cepat." Sama seperti Gerakan Makanan Tradisional, buku ini menganjurkan Perubahan Berkelanjutan. Pusat Ecoliteracy tidak dalam bisnis perbaikan sekolah karena gagasan modis saat itu, tetapi mereka berada di dalamnya untuk jangka panjang.
3. Saya suka terhadap berbagai suara yang meningkat dalam paduan suara yang dipaparkan dalam buku ini. Dari pemuda dalam kota yang kembali ke petani organik, dan dari penduduk asli Amerika yang menjadi imigran Laos, dari pengawas sekolah untuk peternak sapi, dialog pendidikan diperluas jauh melampaui guru konvensional, dan diperluas juga dalam pemikiran anak-anak, orang tua, administrator. Komunitas sekolah tidak hanya ruang kelas dan schoolyards, melainkan dikembalikan koridor riparian dan legislatif negara, melainkan situs Superfund dan dalam, laut biru.
4. Saya suka pemberdayaan yang saya dapatkan dari suara mahasiswa dalam buku ini. Sekolah harus dalam bisnis untuk membantu siswa mengembangkan rasa kenyamanan dan ini datang melalui usaha yang keras ketika siswa kelas empat dia mengingat kembali proyek JERAMI, "Saya pikir proyek ini mengubah segala sesuatu yang kita pikir kita bisa lakukan. Saya selalu berpikir anak-anak berarti apa. Saya merasa bahwa hal itu menunjukkan bahwa anak-anak dapat membuat perbedaan di dunia, dan kami tidak hanya titik kecil. " Buku ini menghubungkan semua titik-titik dan menunjukkan bagaimana guru dapat bergandengan tangan dengan anggota masyarakat untuk menenun kain sosial yang kuat kesetaraan dan keberlanjutan ekologi.
5. Dalam Janet Brown "Meditasi Apple," ia membangkitkan sejarah panjang budidaya apel, tenaga kerja dan petani pelopor dalam kerajinan berbuah manis, keringat pemetik dan pengemudi truk dalam mendapatkan buah dari pohon ke tangan kita. Menahan diri nya, "Tanpa mereka, Anda tidak akan memegang harta ini di tangan Anda," bekerja sama dengan baik adalah hal yang disarankan oleh buku ini. Tanpa anak-anak, guru, kepala sekolah, petani, koki, peternak, aktivis, staf dapur, dermawan yang masih percaya bahwa sekolah dapat membantu menciptakan masyarakat yang sehat dan lingkungan, Anda tidak akan memegang harta ini di tangan Anda.
6. Buku ini memberikan visi alternatif bijaksana dalam kontras dengan kecerobohan saat Every Child Left Behind. Alih-alih nilai tes terdenaturasi sebagai tujuan sekolah, Keberlanjutan Ekologis mengidentifikasi kesehatan anak, masyarakat dan lingkungan sebagai sesuai Holy Grail bahwa sekolah harus mencari.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jeannette Armstrong (En’owkin)
Pengaruh Jeannette Armstrong di Pusat Ecoliteracy sebenarnya dimulai beberapa tahun sebelum dia mendirikan CEL, ketika ia memimpin dialog tentang "Berpikir asli dan Transformasi Sosial" yang Zenobia Barlow selenggarakan antara aktivis asli dan normatif dan pemikir. Armstrong adalah Okanagan India, lahir pada Pentiction India Reservasi di British Columbia, di mana dia telah menjalani sebagian besar hidupnya. Armstrong menerima pendidikan formal di sekolah di pendidikan Okanagan tradisional dari keluarga dan Sesepuh. Pendidikan adat Armstrong memungkinkannya untuk belajar bahasa Okanagan dan ia tetap seorang pembicara fasih dari kedua Okanagan dan Inggris saat ini. Selama bertahun-tahun sejak kecil, Armstrong telah mempelajari ajaran-ajaran tradisional Okanagan dan dipraktekkan cara-cara tradisional di bawah arahan sesepuh.
Barlow ingat pernyataan jeannette yang memotivasi dirinya:
Dalam cara dia memperkenalkan dirinya dan berhubungan dengan orang lain, untuk memperdalam dan merubah cara mereka berkomunikasi. Saya tahu bahwa dia melihat dunia dengan tekad yang kuat, itulah yang ingin saya pelajari.
Barrlow ingat, jeannette dalam memperkenalkan dirinya, dia tidak memamerkan prestasi apa yang telah dia capai tapi dia memperkenalkan apa yang telah diwariskan oleh nenek moyang seperti cara berkomunikasi, bertahan hidup, dan cara pengambilan keputusan tradisional yang melibatkan proses khusus yang disebut En’owkin. Kata En’owkin berasal dari bahasa Okanagan dan berawal pada filosofi disempurnakan untuk memelihara kerjasama secara sukarela.
Tahun berikutnya, Barlow dan Armstrong berkolaborasi untuk mengadakan pertemuan empat puluh kaum radikal terkemuka dan aktivis Okanagan, yang difasilitasi oleh Pemimpin Native American. Pertemuan ini dilaksanakan untuk menganalisis perspektif visi, tradisi / tanah (atau tempat), hubungan dan tindakan. (Perspektif ini terus menginformasikan keputusan CEL yang membuat dan pemahaman masyarakat yang dinamis, dan terinspirasi organisasi buku ini).
Masyarakat OKANAGAN semuanya terbiasa melaksanakan ekonomi daerah yang mandiri, Mereka hidup dengan berkelompok dan melakukan gotong royong dalam segala aspek kehidupannya agar dapat bertahan hidup. Karena kesadaran tersebut telah tumbuh dan mengakar sejak jaman nenek moyang mereka.
Dalam Proses En’owkin sesepuh meminta agar setiap orang untuk terlibat memberikan kontribusi informasi tentang subjek yang akan dimusyawarahkan.Dalam hal ini biasanya mengambil bentuk pertanyaan yang diajukan ke "tua-tua," para "ibu," para "bapak," dan "pemuda".
Hal ini hampir mirip dengan kehidupan masyarakat Baduy di Indonesia yang sistem pemerintahannya dipimpin oleh seorang petingi suku yang disebut Pu’un. Selain itu, dalam segi ekonomi, mata pencaharian suku Baduy mengandalkan segalanya pada alam seperti bertani dan memetik buah-buahan untuk bertahan hidup. Masyarakat mencari wawasan rohani para tetua 'sebagai kekuatan penuntun. "Penatua" tidak selalu berarti kronologis tua. Di sini, istilah "penatua" (atau "pembicara tanah") mengacu pada orang-orang yang berpikiran seperti dalam melindungi tradisi dan hubungan kita dengan tanah.
Ibu" mengacu pada orang-orang yang berpikiran seperti dalam keprihatinan mereka tentang harian kesejahteraan keluarga dan hubungan dalam masyarakat. Tanggung jawab ibu (yang bisa laki-laki) adalah untuk mempertimbangkan bagaimana keputusan akan berdampak berbagai kelompok dalam masyarakat: anak, lanjut usia, ibu, orang yang bekerja, dan sebagainya. Masyarakat berusaha dari nasihat ibu tentang kebijakan dan sistem yang bisa diterapkan berdasarkan pada hubungan manusia.
"Ayah" mengacu pada orang-orang yang berpikiran seperti dalam keprihatinan mereka tentang hal-hal yang diperlukan untuk keamanan, rezeki, dan tempat tinggal. Biasanya masyarakat mencari strategi praktis, logistik, dan tindakan dari ayah (yang bisa perempuan). Ketika ayah berdiri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, mereka juga memberikan pandangan mereka tentang tindakan apa yang diperlukan dan berapa banyak tindakan ini akan biaya. Speaker ini diberi tanggung jawab untuk selalu mengingatkan orang-orang kami bahwa tindakan akan memiliki konsekuensi di jalan.
"Pemuda" mengacu pada orang-orang yang berpikiran seperti energi kreatif yang luar biasa mereka, karena mereka merindukan perubahan yang akan membawa masa depan yang lebih baik. Mereka adalah para visioner di komunitas kami orang-orang kreatif, seniman dan pemikir dan artis. Kita selalu perlu untuk membuat ruang untuk kebaruan karena kita harus kreatif ketika kita datang melawan sesuatu yang kita tidak bisa menyelesaikan atau yang belum kita hadapi sebelumnya. Jawab pemuda adalah untuk menerapkan kecakapan kreatif dan artistik mereka untuk datang dengan inovasi, pendekatan baru, dan cara-cara baru untuk melihat hal-hal.
En'owkin tidak memerlukan format pertemuan kaku. Sebaliknya, itu adalah penting bahwa setiap orang memainkan peran pada alami terkuat nya. Intinya adalah untuk membawa setiap individu Untuk memahami semaksimal mungkin alasan apakah pendapat mereka berlawanan dengan pendapat yang dimilikinya. Karena setiap orang bertanggung jawab untuk melihat pandangan, keprihatinan, dan alasan lain, karena itu adalah dalam kepentingan terbaik setiap orang dan dalam pengambilan keputusan adalah kebutuhan masyarakat.. Tindakan akhir yang dipilih akan menjadi tindakan terbaik, dengan mempertimbangkan baik kebutuhan sosial jangka pendek dan kebutuhan psikologis dan spiritual jangka panjang masyarakat. Para tetua menggambarkan proses ini sebagai pikiran kelompok yang terbaik.
Menurut Jeannette sama seperti demokrasi dalam bentuk yang sekarang, namun bedanya selalu terjadi penindasan terhadap suara kaum minoritas yang dilakukan "kaum mayoritas".
Menurut Robert aturan modern dalam melaksanakan pengambilan keputusan selalu berdasarkan kehendak mayoritas, sering menciptakan perbedaan besar dan ketidakadilan bagi minoritas, yang pada gilirannya menyebabkan perpecahan, polaritas dan pertikaian berkelanjutan. Jenis proses pada kenyataannya merupakan cara untuk menjamin permusuhan terus menerus dan divisi yang memberikan penggunaan tindakan agresif yang dapat mengganggu kestabilan seluruh masyarakat dan menciptakan ketidakpastian, ketidakpercayaan, dan prasangka. Demokrasi sejati bukanlah tentang kekuatan dalam jumlah, namun demokrasi adalah tentang kolaborasi sebagai suatu sistem organisasi.
Istilah demokrasi itu sendiri berasal dari negara Yunani, demos yang artinya rakyat, dan kratos yang artinya kekuasaan . Kata demokrasi itu sendiri diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles, yaitu sebagai bentuk suatu pemerintahan yang mengatur bahwa kekuasaan itu berada di tangan rakyat .
Negara Indonesia adalah salah satu negara yang menganut demokrasi dalam sisitem pemerintahannya. Indonesia sudah membuktikan hal tersebut dengan mengadakan pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung. Selain itu masyarakat Indonesia bebas menyelenggarakan pertemuan dan bebas berbicara unutk mengeluarkan pendapat, kritikan, atau bahkan mengawasi jalannya siistem pemerintahan. Kebebasan dalam memeluk agama pun merupakan sebuah perwujudan dari negara demokratis.
Tetapi meskipun negara ini telah berhasil dalam menjalani sistem demokrasinya, tampaknya dewasa ini sistem demokrasi tersebut banyak disalahgunakan dan kurang berjalan sebagaimana mestinya. Hal tersebut membuat bangsa ini mengalami banyak persoalan. Contohnya saja dalam kehidupan berpolitik. Sistem demokrasi yang sesungguhnya tampaknya sudah tidak berlaku lagi. Tetap saja ada unsur kekuatan dan kelemahan yang menentukan hasil akhir dari sebuah demokrasi. Siapa yang paling berkuasa maka dialah yang akan mendapatkan jabatan atau peranan tertentu. Bukan lagi murni dari hasil keyakinan dan pendapat orang banyak.
Sistem demokrasi yang dijalankan oleh suatu negara tentu memberikan dampak positif dan negatifnya. Dampak positifnya adalah demokrasi memberikan harapan dalam emnciptakan suatu kebebasan, keadilan, dan kesejahteraan. Tetapi dampak negatif dari sistem ini adalah dapat meningkatnya angka pengangguran, kemacetan lau lintas, korupsi dan lain sebagainya. Sebenarnya demokrasi adalah sisitem yang buruk di antara alternatif yang lebih buruk. Akan tetapi, jika semua berjalan dengan lancar, maka semuanya juga akan lancar.

2.2 Fritjof Capra (Bahasa Alam)
Fritjof Capra adalah seorang direktur pendiri pusat Ecoliteracy dan saat ini ketua dewan, ia telah membedakan dirinya selama empat puluh tahun terakhir sebagai ilmuwan, sistem teori, dan penjelajah dari konsekuensi filosofis dan sosial sains kontemporer.
Kenny Ausubel mengatakan, "salah satu karunia terbesar Fritjof Capra adalah kemampuannya untuk mencerna sejumlah besar informasi dari yang sangat kompleks, lapangan luas penyelidikan. Tidak hanya dia menjelaskan mereka elegan dan jelas, tapi dia menyuling esensi mereka dan melihat implikasinya. Karena dia seorang ilmuwan dipercaya sebagai akselerator partikel di seluruh Eropa dan negara-negara Amerika. Setelah menerima Ph.D dalam teori fisika dari Universitas Wina tahun 1966, Capra melakukan penelitian dalam fisika partikel di Universitas Paris, University of California di Santa Cruz, Stanford Linear Accelerator Center, kekaisaran College of the University of California. Dia juga mengajar di UC Santa Cruz, UC Berkeley, dan San Francisco State University.
Dia adalah penulis lima buku terlaris internasional: The Tao of Physics (1975), The Turning Point (1982), Kebijaksanaan Jarang (1988), The Web of Life (1996), dan The Hidden Connections (2002). Ia menulis Politik Hijau (1984), Milik Universe (1991), dan Manajemen Eco (1993), dan diedit kemudi Bisnis Menuju Keberlanjutan (1995).
Dia berada di fakultas Schumacher perguruan tinggi, pusat internasional untuk studi ekologi di Inggris, sering memberikan seminar manajemen untuk eksekutif puncak, dan kuliah secara luas. Dia adalah pembicara yang sangat populer, menangani ribuan penonton, beralih dengan mudah antara Jerman, Perancis, Inggris, Italia, dan Spanyol. Pusat untuk sumber tunggal terbesar Ecoliteracy terhadap pertanyaan adalah orang-orang dari jauh seperti Brasil dan India yang menemukan website CEL dengan menghubungkan dari Capra itu.
Bab kali ini dibahas untuk memahami prinsip-prinsip ekosistem organisasi, yang telah berevolusi selama miliaran tahun, kita perlu mempelajari prinsip-prinsip dasar ekologi-bahasa alam. Kerangka yang paling berguna untuk memahami ekologi saat ini adalah teori sistem kehidupan, yang masih muncul dan yang akarnya termasuk biologi organismic, psikologi gestalt, teori sistem umum, dan teori kompleksitas (atau dinamika nonlinier). Untuk pembahasan lebih dari teori sistem kehidupan dan implikasinya, silakan lihat buku saya koneksi tersembunyi.
® Teori sistem kehidupan
Dalam beberapa dekade terakhir, sejumlah ilmuwan telah mengusulkan beberapa teori sistem kehidupan yang bersifat umum yang diperlukan untuk menjelaskan sifat dari kehidupan. Teori umum semacam itu, yang muncul dari ilmu ekologi dan biologi, berupaya untuk memetakan prinsip-prinsip umum untuk bagaimana semua sistem yang hidup bekerja. Alih-alih memeriksa fenomena dengan mencoba memilah-milah berbagai hal ke dalam bagian-bagian komponennya, teori sistem kehidupan yang umum menyelidiki fenomena dalam hal pola dinamis dari hubungan organisme dengan lingkungan mereka.
® Kehidupan sebagai sifat ekosistem
Sebuah pandangan sistem terhadap kehidupan memperlakukan alur lingkungan dan alur biologi bersama-sama sebagai "timbal balik pengaruh",dan hubungan timbal balik dengan lingkungan ini bisa dibilang penting untuk memahami kehidupan sebagaimana untuk memahami ekosistem. Sebagaimana Harold J. Morowitz (1992) menjelaskan, kehidupan adalah lebih berupa sifat dari sebuah sistem ekologi daripada suatu organisme tunggal atau spesies. Dia berpendapat bahwa definisi ekosistem dari kehidupan adalah lebih dipilih untuk bidang biokimia atau fisika. Robert Ulanowicz (2009) juga menggarisbawahi mutualisme sebagai kunci untuk memahami sistem, menghasilkan perilaku kehidupan dan ekosistem

Ketika kita berjalan keluar ke alam, sistem kehidupan adalah apa yang kita lihat. Pertama, setiap organisme hidup, dari bakteri terkecil untuk semua jenis tumbuhan dan hewan, termasuk manusia, adalah sistem hidup. Kedua, bagian-bagian dari sistem kehidupan itu sendiri merupakan sistem kehidupan. Sebuah daun adalah sistemr hidup. Otot adalah sistem hidup. Setiap sel dalam tubuh kita adalah sistem hidup. Ketiga, masyarakat organisme, termasuk ekosistem dan sistem sosial manusia seperti keluarga, sekolah, dan komunitas manusia lainnya, adalah sistem kehidupan.
Berpikir dalam hal sistem yang kompleks saat ini di bagian paling depan ilmu pengetahuan. Hal ini juga sangat mirip dengan pemikiran kuno yang memungkinkan masyarakat tradisional untuk mempertahankan diri selama ribuan atau tahun. Tetapi meskipun versi modern dari tradisi intelektual ini berumur hampir seratus tahun, itu masih belum diambil terus dalam budaya mainstream kami
Kami juga menemukan sistem berpikir sulit karena kita hidup dalam budaya yang materialis di dalam nilai-nilai dan pandangan dunia yang fundamental. Sebagai contoh, sebagian besar ahli biologi akan memberitahu Anda bahwa makna kehidupan terletak pada makromolekul-DNA, protein, enzim, dan struktur material sel lain dalam hidup. Teori sistem mengatakan bahwa pengetahuan tentang molekul-molekul ini, tentu saja, sangat penting, tetapi esensi kehidupan tidak terletak pada molekul. Itu terletak dalam pola dan proses melalui mana molekul-molekul berinteraksi.
Pergeseran persepsi Karena sistem kehidupan yang nonlinear dan berakar dalam pola hubungan, pengertian prinsip-prinsip ekologi memerlukan cara baru melihat dunia dan pemikiran-dalam hal hubungan, keterhubungan, dan konteks-yang bertentangan dengan butir ilmu Barat tradisional dan pendidikan.
® Beberapa Implikasi untuk Pendidikan
Karena studi pola membutuhkan visualisasi dan pemetaan, seniman telah memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Dalam ilmu Barat dua contoh yang paling terkenal adalah Leonardo da Vinci, Ini membuka pintu pendidik yang mengintegrasikan seni ke dalam kurikulum. Apakah kita berbicara tentang sastra dan puisi, seni visual, musik, atau seni pertunjukan, nyaris tak ada sesuatu yang lebih efektif daripada seni untuk mengembangkan dan menyempurnakan kemampuan alami anak untuk mengenali dan mengekspresikan pola.
Karena semua berbagi sistem kehidupan dan prinsip-prinsip organisasi dapat diterapkan untuk mengintegrasikan sampai sekarang. Biologist, psikolog, ekonom, antropolog, dan spesialis lain semua berhubungan dengan sistem hidup. Karena sistem kehidupan tidak dapat lepas dari disiplin ilmu-ilmu tersebut.
® Suatu sistem dapat dioptimalkan jika didalamnya dimasukkan unsur yang menunjang agar sistem tersebut menjadi lebih baik. Contoh seni dapat diintegrasikan dalam kurikulum. Hal ini bukan tanpa maksud. Artinya siswa di sekolah tidak hanya di isi otak kirinya saja ( kognitif ), tapi perlu juga dikembangkannya kemampuan bakat alami yang dimiliki anak.
Kita juga dapat menerapkan ke komunitas manusia, di mana prinsip-prinsip ini bisa disebut prinsip-prinsip masyarakat. Tentu saja ada banyak perbedaan antara ekosistem dan komunitas manusia. Tidak semua yang kita butuhkan untuk mengajar dapat dipelajari dari ekosistem. Ekosistem tidak mewujudkan tingkat kesadaran manusia dan budaya muncul dengan bahasa antara primata dan kemudian datang untuk berkembang dalam evolusi dengan spesies manusia.
® Keberlanjutan dalam bahasa alam
Alam menopang kehidupan dengan menciptakan dan memelihara komunitas. Di antara yang paling penting dari konsep-konsep ini, diakui dari mengamati ekosistem ratusan, adalah "jaringan" "Sistem bersarang," "saling ketergantungan," "keragaman," "siklus," "mengalir", "pembangunan", dan "keseimbangan dinamis."
Jaringan di Pusat Ecoliteracy, kita memahami bahwa memecahkan masalah dengan cara yang abadi membutuhkan membawa orang-orang menangani bagian dari masalah bersama-sama dalam jaringan dukungan dan percakapan. Setiap bagian dari jaringan membuat kontribusi sendiri untuk proyek, upaya masing-masing diperkuat oleh pekerjaan semua, dan jaringan memiliki ketahanan untuk menjaga proyek hidup bahkan ketika anggota individu meninggalkan atau pindah.
® Sistem Digabung
Siswa bekerja di Proyek udang, sebagai contoh, menemukan bahwa udang menghuni kolam renang yang merupakan bagian dari sebuah sungai dalam DAS besar. Sungai mengalir ke muara yang bagian dari perlindungan laut nasional, yang termasuk dalam bioregion besar. Acara pada satu tingkat dari sistem mempengaruhi keberlanjutan sistem tertanam dalam tingkat lainnya.
Dalam sistem sosial seperti sekolah, pengalaman belajar anak individu dibentuk oleh apa yang terjadi di dalam kelas, yang bersumber dalam sekolah, yang tertanam di distrik sekolah dan kemudian dalam sistem sekolah , ekosistem, dan sistem politik. Memilih strategi untuk mempengaruhi sistem yang membutuhkan secara bersamaan menangani berbagai tingkat dan mengenali strategi mana yang sesuai untuk tingkat yang berbeda.
® Dalam dunia pendidikan disebut Psiko Pedagogik yang artinya memperhatikan psikis dan karakteristik anak serta menyesuaikan kurikulum dengan jenjang pendidikan yang ditempuh.
® Interdependensi
Keberlanjutan populasi individu dan keberlanjutan seluruh ekosistem saling bergantung. Tidak ada organisme individu bisa eksis dalam isolasi. Hewan tergantung pada fotosintesis tanaman untuk kebutuhan energi mereka, tanaman tergantung pada karbon dioksida yang dihasilkan oleh hewan dan nitrogen ditetapkan oleh bakteri pada akar mereka. Bersama-sama, tanaman, hewan, dan mikroorganisme mengatur seluruh biosfer dan menjaga kondisi kondisi untuk hidup.
Keberlanjutan selalu melibatkan seluruh masyarakat. Ini adalah pelajaran yang mendalam kita perlu belajar dari alam Pusat Ecoliteracy telah mendukung sekolah seperti Mary E. Silveira (lihat "Kepemimpinan dan Masyarakat Belajar" dalam Bagian III) yang mengakui dan merayakan saling ketergantungan.
® Suatu ekosistem, komunitas bahkan individu mempunyai ketergantungan terhadap ekosistem, komunitas dan individu lainnya.
® Keragaman
Peran keanekaragaman sangat berhubungan dengan struktur jaringan sistem. Suatu ekosistem yang berbeda akan tangguh karena mengandung banyak spesies tumpang tindih dengan fungsi ekologis yang sebagian dapat menggantikan satu sama lain. Ketika suatu spesies tertentu dihancurkan oleh gangguan parah sehingga link dalam jaringan rusak, masyarakat yang beragam akan mampu bertahan dan mereorganisasi sendiri karena link lainnya dapat setidaknya sebagian memenuhi fungsi dari spesies hancur. Semakin kompleks pola jaringan interkoneksi, maka akan semakin tangguh.
Di sisi lain, dalam masyarakat kurang keragaman, seperti pertanian monokultur yang ditujukan untuk satu spesies jagung atau gandum, hama yang spesies yang rentan dapat mengancam seluruh ekosistem.
Dalam komunitas manusia keragaman etnis dan budaya dapat memainkan peran yang sama seperti halnya keanekaragaman hayati dalam ekosistem. Keanekaragaman berarti banyak hubungan yang berbeda. Banyak pendekatan yang berbeda untuk masalah yang sama. Di Pusat Ecoliteracy, kami telah menemukan bahwa tidak ada "satu ukuran cocok untuk semua" kurikulum keberlanjutan. Kami mendorong dan mendukung berbagai pendekatan untuk masalah apapun, dengan orang yang berbeda di tempat yang berbeda mengadaptasi pengajaran prinsip-prinsip ekologi untuk berbeda dan mengubah situasi.
® Artinya ekosistem yang dihuni oleh spesies yang sama akan mudah hancur atau rusak. Berbeda jika suatu ekosistem dihuni oleh spesies yang beraneka ragam, keanekaragaman akan memberikan pengaruh tersendiri. Karena pada saat terjadi kerusakan spesies lain akan mampu membangun kembali jaringan yang rusak.
® Siklus
Cetakan siklus terus-menerus melalui jaringan kehidupan. Air, oksigen di udara., Dan semua nutrisi terus didaur ulang. Komunitas organisme telah berevolusi selama miliaran tahun, menggunakan dan mendaur ulang molekul yang sama dari mineral, air, dan udara. Saling ketergantungan jauh lebih eksistensial dalam ekosistem dibandingkan dalam sistem sosial karena anggota ekosistem benar-benar makan yang lain. Ekologi diakui ini dari awal ekologi. Berfokus pada hubungan makan dan menemukan konsep rantai makanan yang kita pakai sampai sekarang. Tapi kemudian mereka menyadari bahwa mereka tidak rantai linear tetapi siklus, karena organisme yang lebih besar yang dimakan akhirnya oleh organisme dekomposer, serangga dan bakteri, sehingga masalah siklus melalui ekosistem. Sebuah ekosistem tidak menghasilkan limbah.
Jelas merupakan pelajaran bagi manusia. Konflik antara ekonomi dan ekologi muncul karena alam adalah siklus, sedangkan proses industri adalah linear. Bisnis mengubah sumber daya menjadi produk ditambah limbah, dan menjual produk kepada konsumen, yang membuang limbah lebih setelah mengkonsumsi produk. Prinsip ekologi "sampah sama dengan makanan" berarti bahwa-jika sistem industri adalah menjadi berkelanjutan semua produk dan bahan diproduksi, serta limbah yang dihasilkan dalam proses manufaktur, akhirnya harus menyediakan makanan untuk sesuatu yang baru. Dalam suatu sistem industri berkelanjutan total, aliran masing-masing organisasi-nya produk dan limbah-akan dianggap dan diperlakukan sebagai sumber daya bersepeda melalui sistem.
® Artinya siklus yang terjadi secara alami akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat berbeda dengan sistem atau siklus yang diciptakan manusia yang hasil akhirnya merusak alam
® Arus
Semua sistem kehidupan, dari organisme melalui ekosistem, adalah sistem terbuka. Energi surya, diubah menjadi energi kimia oleh fotosintesis tanaman hijau, mendorong siklus yang paling ekologis, tetapi energi itu sendiri tidak siklus. Seperti yang dikonversi dari satu energi yang lain (misalnya, sebagai energi kimia yang tersimpan dalam minyak bumi diubah menjadi energi mekanis untuk menggerakkan piston dari sebuah mobil), beberapa di antaranya-sering jauh dari itu-pasti mengalir keluar dan tersebar sebagai panas. Oleh karena itu tergantung pada aliran konstan energi.
Sebuah masyarakat keberlanjutan hanya akan menggunakan energi sebanyak itu bisa menangkap dari matahari dengan mengurangi permintaan energi, menggunakan energi lebih efisien, dan menangkap aliran energi surya lebih efektif melalui pemanasan surya, listrik fotovoltaik, angin, tenaga air, biomassa, dan bentuk lain dari energi yang terbarukan, efisien, dan ramah lingkungan. Di antara alasan yang kompleks bahwa Pusat Ecoliteracy mempromosikan program makanan peternakan-ke-sekolah (lihat "Rethinking School Lunch" di Bagian IV) adalah bahwa makanan membeli tumbuh dekat dengan mengurangi sumber energi tak terbarukan yang dibutuhkan untuk kapal ton makanan selama ribuan kilometer untuk memasok makan siang sekolah.
® Artinya arus terdapat dalam semua sistem kehidupan.
® Pembangunan
Semua sistem hidup berkembang, dan semua pengembangan memanggil belajar. Dalam perkembangannya, ekosistem melewati serangkaian tahap berturut-turut, dari komunitas perintis berkembang pesat, mengubah, dan memperluas dengan siklus ekologi lebih lambat dan lebih stabil ekosistem sepenuhnya dieksploitasi. Setiap tahap dalam suksesi ekologi ini merupakan komunitas yang khas dalam dirinya sendiri.
® Semua sistem kehidupan mengalami pembelajaran untuk berkembang dan tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Untuk menjadi pribadi yang utuh ekosistem atau individu harus melewati serangkaian tahap yang berturut-turut. Menuru Nursid Sumaatmadja (1998 : 23) proses tersebut meliputi :

Pada tingkat spesies, pengembangan dan pembelajaran diwujudkan sebagai kreatif terungkapnya kehidupan melalui evolusi. Dalam sebuah ekosistem, evolusi tidak terbatas pada adaptasi bertahap organisme dengan lingkungan mereka, karena lingkungan itu sendiri merupakan jaringan hidup organisme yang mampu adaptasi dan kreativitas. Individu dan lingkungan beradaptasi satu sama lain dalam tarian yang sedang berlangsung.
® Keseimbangan yang Dinamis
Semua siklus ekologi bertindak sebagai umpan balik, sehingga masyarakat ekologi terus mengatur dan membangun sendiri. Ketika salah satu link dalam siklus ekologi terganggu. Seluruh siklus membawa situasi kembali ke keseimbangan. Dan Perubahan akan menyebabkan terganggunya lingkungan yang terjadi sepanjang waktu. Siklus ekologi terus berfluktuasi.
Antara manusia dan alam sudah semestinya menjalin hubungan yang harmonis, agar terjadi keseimbangan dalam siklus ekologi. Jika alam mengalami kerusakan yang disebabkan manusia maka siklus ini akan mengalami kerusakan pula.

2.3 Wendell Berry (Pola Pemecahan)
Kami berterima kasih kepada David W. Orr yang memperkenalkan kami pada ''Pola pemecahan”. Kriteria untuk keberhasilan solusi adalah memperhatikan segala sesuatu yang tentu saja berkaitan secara etimologis agar keberlangsungan suatu sistem tetap terjaga.
Dilema Kami Di Pertanian Sekarang adalah bahwa indrustial yang memakai cara yang begitu menakjubkan dalam memecahkan beberapa masalah makanan. Produksi telah disertai dengan efek samping yang sangat merusak dan mengancam kelangsungan hidup pertanian.
Ada solusi yang dihasilkan pada zaman pertanian modern sekarang. Solusi yang dikemukakan tersebut malah menyebabkan seperangkat masalah baru, masalah baru ini akan muncul di luar dugaan orang yang memproduksi solusi itu. Contoh : Sapi potong diberi pakan rumput-rumputan agar menghasilkan daging sapi berkualitas. Namun disamping berkualitas juga harus sehat. Agar sapi dapat sehat tentunya diperlukan obat-obatan yang dimasukkan ke dalam sapi tersebut, yang mana obat-obatan tersebut mengandung bahan kimia yang akan menyebabkan masalah baru ketika dikonsumsi manusia.
Jika hal ini menjadi kebiasaan akan timbul ketergantungan pada teknologi yang dibeli, ketergantungan pada bahan bakar yang dibeli, pupuk, dan racun.
Solusi yang diciptakan mungkin dimaksudkan untuk memecahkan masalah. Namun entah disadari atau tidak malah menciptakan permasalahan baru serta menyebakan keseimbangan alam, ekosistem dan komunitas manusia menjadi terganggu dengan masalah baru yang ditimbulkan solusi itu.
Sebuah solusi yang baik juga memiliki batas, karena sebuah solusi yang baik harus sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Sebuah solusi yang baik juga harus bisa meningkatkan perekonomian dan harmoni dalam kehidupan mereka. Solusi yang baik bukan merupakan soslusi yang bersifat kualitatif.
Sebuah solusi yang baik memecahkan lebih dari satu masalah, dan itu tidak membuat masalah baru.
Sebuah solusi yang baik akan memenuhi berbagai keseluruha kriteria, itu akan baik dalam segala hal. Sebuah peternakan yang telah menemukan solusi yang tepat untuk masalah pertanian yang akan menjadi subur, produktif, sehat, konservatif, indah, menyenangkan untuk hidup.
Sir Albert Howard [Seorang petani Inggris yang disebut sebagai pendiri gerakan pertanian organik.] Mengatakan bahwa sebuah peternakan yang baik adalah memakai pupuk organik, "pupuk sendiri."
Sebuah solusi pertanian yang baik, tidak akan mencemari atau mengikis kejernihan air. Apa yang baik untuk air yang baik untuk tanah, apa yang baik bagi tanah yang baik untuk tanaman, apa yang baik untuk tanaman yang baik untuk manusia. Artinya jika sesuatu yang diciptakan dari alam akan baik bagi manusia.

2.4 Ernest Callenbach (Nilai)
Ini uraian dari "Nilai", yang diambil dari Ekologi Ernest Callenbach: A Pocket Guide (1998), pengenalan untuk istilah ekologis yang mendasar, dan dipublikasikan ini didukung oleh Pusat Ecoliteracy. Callenbach menjabat selama tiga puluh enam tahun pada staf dari University of California Press, sebagai pendiri dan editor Film Triwulanan dan sebagai editor buku film dan California Natural History Guides Series.
Kosakata A. Callenbach mengatakan, menyiratkan sebuah kisah tentang bagaimana dunia bekerja, dan mengapa. Kata-kata dan makna yang kita berikan kepada mereka dapat membantu untuk mendefinisikan makna "realitas."
Menurut Plato, Realitas adalah idea yaitu sesuatu yang bersifat rohani, bukan duniawi atau ragawi. Karena menurutnya tidak ada yang abadi didunia ragawi ini. Plato menyebutkan bahwa kita, manusia yang hidup didunia ini adalah pantulan-pantulan dari realitas yang sebenarnya. Realitas-realitas itu tinggal disuatu dunia yang Plato sebut Dunia Idea. Dunia yang kekal, abadi dan yang tidak ada kekurangan didalamnya.
Semua hal yang kita lakukan berasal dari dunia idea tersebut, namun tidak pernah sempurna. Karena kita hanya pantulan, bayang-bayang yang hanya memiliki peluang tertinggi yaitu: Mendekati Sempurna. Semakin mirip wujud kita dengan realias semakin baiklah hidup kita.
Pusat untuk pekerjaan Ecoliteracy telah didasarkan pada nilai-nilai sejak awal, masalah ekologi yang kita hadapi adalah masalah nilai. Nilai adalah gagasan dasar kita dalam bersikap. Kita sebagai manusia bertindak jangan sama seperti hewan yang hanya melakukannya dengan insting saja, tanpa memikirkan tujuan dari tindakan tersebut. Kita sebagai manusia harus mempunyai aturan –aturan tentang apa yang kita lakukan karena semua manusia dan budaya memilki aturan. Dan aturan bagaimana kita harus bersikap terhadap orang lain, karena kita sebagai manusia saling ketergantungan satu sama lain. Nilai dapat diperoleh melalui empiris.
Adapun kualitas empiris didefinisikan sebagai kualitas yang diketahui atau dapat diketahui melalui pengalaman. Sebagai contoh pengertian baik, artinya pengertian nilai. Moore (dalam Kattsoff, 2004: 325) mengatakan bahwa baik merupakan pengertian yang bersahaja, namun tidak dapat diterangkan apakah baik itu. Pendefinisisan nilai juga didasarkan pada hal-hal lain, seperti rasa nikmat atau kepentingan. Moore menyebutnya sesat-pikir naturalistis. Nilai tidak dapat didefinisikan maksudnya nilai-nilai tidak dapat dipersamakan dengan pengertian-pengertian yang setara. Nilai dapat didefinisikan dengan cara-cara lain, seperti dengan menunjukkan contohnya sehingga dapat diketahui secara langsung. Jika nilai merupakan suatu kualitas obyek atau perbuatan tertentu, maka obyek dan perbuatan tersebut dapat didefinisikan berdasarkan atas nilai-nilai, tetapi tidak dapat sebaliknya. Kenyataan bahwa nilai tidak dapat didefinisikan tidak berarti nilai tidak bisa dipahami.
Nilai dapat bertentangan satu sama lain, misalnya saja nilai dari sebuah hidup dimana kita harus melestarikan alam untuk masa depan anak-cucu kita, akan tetapi nilai tersebut bertentangan dengan nilai dari pemikiran ekonomi bahwa dimana tujuan manusia adalah untuk mensejahterakan kehidupan masing-masing misalnya seseorang menebang pohon untuk membuat kayu. Jadi ada yang beranggapan kita harus melestarikan hutan untuk masa depan akan tetapi disisi lain manusia juga memerlukan hutan ( pohon) tersebut untuk memenuhi kebutuhan ekonominya dimasa sekarang.
Nilai konflik selalu terdapat dalam kehidupan setiap orang, meskipun orang tersebut tidak menyadarinya. Contoh dari konflik tersebut berupa keinginan seseorang untuk mendapatkan layanan pemerintah yang layak tapi mereka tidak ingin mengeluarkan biaya yang besar untuk membayar pajak tersebut, padahal mereka tahu bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi.
Gerakan lingkungan secara fundamental tidak didasarkan pada argumen ekonomi atau ilmiah tetapi nilai-nilai moral dan estetika tentang apa yang benar dalam masyarakat.
Terkadang terjadi konflik yang berkenaan dengan nilai tentang lingkungan, dimana yang berpendapat bahwa dunia akan segera berakhir jadi tidak masalah jika manusia merusak lingkungam dan ada pula yang berpedapat bahwa hewan memilki hak seperti manusia untuk bisa hidup dalam lingkungan mereka. Selain itu, kita harus melestarikan lingkungan karena lingkungan tersebut dapat memenuhi kebutuhan hidup generasi dimasa yang akan datang. Beberapa ekonom percaya bahwa masalah lingkungan tersebut dapat terselesaikan dengan menggunakan strategi-strategi hukum ekonomi seperti misalnya mengurangi penggunaan bahan-bahan produksi yang dapat merusak alam.
Intinya, nilai itu ada disetiap kepala manusia. Setiap orang memiliki persefsi masing-masing mengenai nilai yang buruk dan nilai yang baik. Penerapannya tergantung kesamaan dalam sekelompok pemikiran.
Orang kapitalisme berpandangan bahwa dengan teknologi kita dapat memecahkan berbagai masalah dan menjadikan agama dan budaya menjadi sekunder. Orang amerika tidak membiarkan produktif dan pengeluaran uang menjadi prioritas utama, mereka sangat memperhatikan dalam makanan yang mereka makan, mereka mengutamkan makanan yang sehat.
Perubahan nilai memerlukan waktu berabad-abad dan memamui pengalaman praktis dan pemikiran jutaan orang. Kejadian bencana alam, penggundulan hutan, kelaparan dan penyakit yang disebabkan oleh pemanasan global, ozon menipis, overpopulasi, dan penurunan drastis dalam produktivitas primer di laut dan di darat. Jadi ini sangat mendesak bahwa kami mengembangkan etika luas tanggung jawab ekologis.

2.5 Alice Waters (Nilai Makanan Cepat Saji dan Makanan Tradisional
Alice Waters, koki, penulis, dan pemilik Chez Panisse, adalah seorang perintis filosofi kuliner Amerika yang menyatakan bahwa memasak harus didasarkan pada bahan-bahan musiman terbaik dan segar yang diproduksi secara berkelanjutan dan lokal.
Dia adalah pendukung yang penuh gairah untuk ekonomi pangan yang "baik, bersih, dan adil." Selama hampir empat puluh tahun, Chez Panisse telah membantu menciptakan komunitas sejumlah petani lokal dan peternak yang dedikasi untuk pertanian berkelanjutan menjamin restoran pasokan bahan-bahan segar dan murni.
Proyek ini berusaha untuk melibatkan anak-anak secara langsung dalam penanaman, berkebun, panen, memasak, dan makan, dengan tujuan menerangi hubungan penting makanan untuk kehidupan mereka dan mengajar mereka untuk menghormati satu sama lain dan untuk bumi ini. Hal ini dimaksudkan untuk menjadi bagian penting dari kurikulum sekolah, dan membantu menyadarkan program makan siang nya. Alice juga memiliki keterlibatan yang luas yang sedang berlangsung dengan Proyek Hortikultura di San Francisco County Jail dan program yang terkait, Proyek Taman, sebuah organisasi pelatihan kerja dan taman pasar. Program ini mengajarkan berkebun organik untuk tahanan dan parolees untuk memperbaharui harga diri mereka dan menginstal tanggung jawab masyarakat.
Pada tahun 1996 Waters menciptakan Chez Panisse yayasan, dengan misi untuk trans-bentuk pendidikan publik dan untuk mendukung proyek-proyek yang mengintegrasikan berkebun, memasak, makan siang harian yang disiapkan di kampus terpadu dengan segar, dan kurikulum akademik inti. Pada tahun 2003 Yayasan Panisse Chez dan Berkeley Distrik sekolah Bersatu, bermitra dengan Pusat Ecoliteracy dan Rumah Sakit Anak Oakland Research Institute, mengadakan perjanjian untuk merancang dan mengimplementasikan sebuah distrik sekolah inisiatif kurikulum.
makanan slow food tidak hanya untuk kesenangan semata akan tetapi makanan slow food juga berkomitmen untuk mempertahankan rasa hormat dan keseimbangan dengan alam, juga melestarikan lingkungan.
Kita sudah termakan oleh makanan yang mempromosikan makanan cepat saji, yang murah cepat dan mudah tanpa memikirkan kesehatan kita apabila terus menerus makanan cepat saji tersebut. makanan cepat saji mengoperasikan erat, sangat banyak dan berkonspirasi besar. mereka membatasi pilihan kita dan memanipulasi keinginan kita dengan memasak kita pada gula dan garam.
1. Nilai Makanan Cepat Saji
Makanan cepat saji dapat kita temukan dengan mudah dan murah. Dengan makana cepat saji kita terbantu untuk makan makanan yang mudah tanpa harus kita memasak akan tetapi apa yang kita peroleh dari makanan cepat saji.Makanan cepat saji memang murah akan tetapi kita belum diperhitungkan biaya riil subsidi pertanian, ketergantungan pada minyak Timur tengah, dan tanah berlapis. Makanan cepat saji memiliki konsekuensi dalam kesehatan, diantaranya dapat menyebabkan obesitas dan diabetes pada tingkat tinggi dan krisis pada kesehatan. Dan kita juga harus membayar biaya perawatan kesehatan selama beberapa dekade dari kita memulai untuk mengkonsumsi makanan cepat saji tersebut.
® Kelebihan Makanan Cepat Saji
a. Mudah dibeli atau didapat
b. Lebih cepat dan instant
c. Praktis
® Kekurangan Makanan Cepat Saji
a. Banyak mengandung bahan-bahan adiktif yang dapat merusak tubuh
b. Jika dikonsumsi secara terus menerus dapat menyebabkan berbagai macam penyakit
® Dampak yang Ditimbulkan dari Makanan Cepat Saji yang Mengandung Zat Adiktif
a. Dampak dari Sulfit : Sesak napas, gatal-gatal dan bengkak
b. Dampak dari penggunaan MSG : Rasa terbakar di bagian leher, mati rasa di bagian belakang leher, stress dan tegang pada kulit wajah, dada terasa sakit, sakit kepala, detak jantung yang cepat, rasa lemah/cepat lelah, memicu hipertensi, asma, kanker serta diabetes, kelumpuhan serta penurunan kecerdasan, kerusakan otak,kelainan hati, trauma, demam tinggi, mempercepat proses penuaan, alergi kulit, mual, muntah, migren, asma, ketidakmampuan belajar, dan depresi
c. Dampak dari BHA : Menimbulkan efek ketagihan bagi yang mengkonsumsinya.
d. Dampak dari Pemutih dan Pematang Tepung : efek pada masa kehamilan, dan gangguan darah, menyebabkan bisul pada perut, batu pada tumor, dan kandung kemih
e. Kegemukan dan obesitas
f. Kanker payudara
Harus ada keseragaman dalam hal makanan, baik itu dari berbagai macam makanannya yang kita makan, dan tempatnya.
Iklan bernilai anugerah, karena sebagai konsumen kita sering memandang bahwa makanan yang baik itu tergantung dari bagaimana mutu iklan dari makanan itu sendiri. Apabila kualitas iklan makanan itu baik, maka kita juga terkdang memandang bahwa sudah pasti mutu dari makanan itu juga baik. Dan hal yang paling mempengaruhi dari baiknya makanan itu adalah dari pandangan orang lain. Jika kebanyakan dari mereka menyebut makanan itu berkualitas baik, maka sebagai konsumen kita juga percaya bahwa makanan itu baik.
Nilai-nilai-makanan cepat saji mengisi rumah kita, institusi kita, dan khususnya sekolah-sekolah kita. Mereka mengusir kami dari meja. Tapi mereka terbang dalam menghadapi ribuan tahun pengalaman manusia tumbuh, mempersiapkan, dan makan sebagai ekspresi penting dari kehidupan dan masyarakat.
Kegitan memasak di jaman sekarang sudah banyak di tinggalkan. Mereka lebih banyak memilih yang namanya makanan cepat saji, karena sebagian dari orang-orang menganggap bahwa memasak adalah hal yang menjemukan. Mereka terpedaya oleh kesenangan sendiri seperti makan dengan . Padahal yang di maksud kesenangan itu bagaimana kita melakukan pekerjaan- pekerjaan kita dengan senang hati seperti kegiatan memasak ini. Dengan memasak makanan sendiri kita akan belajar mendidik rasa, kita akan mendapat kepuasan tersendiri apabila bisa memasak untuk diri sendiri dan orang lain. Tapi yang kita lihat sekarang, orang-orang yang bisa memasak itu ibarat sebagai budak bagi sebagian orang lainnya yang hanya memikirkan kesenangan – kesenangan tersendiri. Bisa kita lihat contohnya di berbagai belahan dunia sekarang banyak orang yang mengambil liburan di suatu tempat, Mereka luput akan hal apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka makan.
2. Nilai Makanan Tradisional
Gerakan Makanan Tradisional berkembang dengan enam puluh ribu anggota di lebih dari seratus negara. Hal tersebut telah menunjukkan, bahwa makanan dapat mengajarkan kita tentang hal-hal tentang peduli perawatan, kecantikan, konsentrasi, penegasan, sensualitas, serta semua yang terbaik bahwa manusia mampu jika kita mengambil waktu untuk berpikir tentang apa yang kita makan.
Instansi budaya bisa menghormati sentralitas nilai makanan tradisional. Mereka bahkan memiliki koleksi mengesankan berupa artefak rumah yang berhubungan dengan makanan, alat-alat untuk berburu, mencari makan, pertanian, persiapan makanan, dan perapian.
Adanya pendidikan tentang Makanan Tradisional adalah kesempatan yang harus tersedia secara universal. Ada banyak cara untuk menjalin program pangan ke dalam kurikulum di setiap jenjang pendidikan. Kedalaman dan luasnya subjek relevansi dengan ekologi, antropologi, sejarah, fisiologi, dan seni-menjamin bahwa itu dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam studi akademis dari setiap sekolah dari TK sampai universitas.
Mengubah makanan yang ada di sekolah, dapat mempengaruhi cara berpikir anak-anak. Perubahan kurikulum yang mengajari mereka bagaimana pertumbuhan makanan dan cara memasak, dapat menunjukkan bahwa pertumbuhan makanan, memasak dan makan bersama-sama memberikan kekayaan abadi, makna, dan keindahan hidup kita. Penanaman makanan yang diproses secara tradisional lebih baik dan bergizi serta memberikan manfaat bagi perkembangan otak.
® Kelebihan Makanan Tradisional
a. Makanan Tradisional jelas lebih sehat, menjadi pilihan apabila anda mementingkan kesehatan diatas segalanya.
b. Makanan Tradisional berarti kesejahteraan para petani dihargai.
c. Cocok dengan gaya hidup Indonesia. Mengingat negara kita kaya akan hasil pertanian dan hasil ternak. Semua bahan makanan kita miliki.
® Kekurangan Makanan Tradisional
a. Membutuhkan waktu untuk menikmati slow food
b. Harga relatif lebih mahal

2.6 Maurice Holt (Kurikulum)
Maurice Holt adalah seorang rekan dari American Society of Mechanical Engineers, anggota dari American Physical Society, American Society matematika dan Sigma Xi, dan rekan rekan dari American Institute of Aeronautics dan Astronautics. Dia juga ikut mendirikan Konferensi Internasional tentang Metode Numerik dalam Dinamika Fluida.
"Dia adalah seorang pria yang baik untuk memiliki lebih banyak teman di seluruh dunia daripada kebanyakan bisa mengklaim," kata Stanley Berger, seorang profesor UC Berkeley teknik mesin dan bioteknologi. "Dia adalah seorang pria yang tahu bagaimana menikmati hidup."
Kami berterima kasih kepada Alice Waters untuk memperkenalkan kita kepada Maurice Holt dan karyanya. Bukunya 1978 The Common Kurikulum: Struktur Its dan Gaya di Comprehensive School menggambarkan kurikulum yang luas berdasarkan pilihan dalam kelompok subjek dariv pada antara subjek, menggunakan berbagai strategi pembelajaran. Ini dikreditkan dengan membantu untuk membentuk sebuah gerakan reformasi pendidikan bahasa Inggris didasarkan pada sekolah yang komprehensif dan perencanaan seluruh kurikulum.
Holt telah menjabat sebagai kepala sekolah pertama Sheredes School di Hertfordshire, program gelar master diarahkan untuk Universitas Exeter, Pada tahun 1991 ia bergabung dengan sekolah pascasarjana di University of Colorado Denver itu sebagai guru besar teori kurikulum.
Kami sedang berhadapan dengan dua praktek sama sekali berbeda, dengan berbagai jenis masalah. Salah satunya adalah teknis, yang lain adalah moral. Sekolah adalah tempat di mana siswa mengembangkan pikiran mereka. Dibawah ini dapat kita lihat berbagai fungsi sekolah sebagai berikut :
1. Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan, dan diharapkan anak yang telah menyelesaikan sekolahnya dapat melakukan sesuatu pekerjaan atau paling tidak sebagai dasar dalam mencari pekerjaan
2. Sekolah memberikan ketrampilan dasar
3. Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib
4. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan
5. Sekolah membentuk manusia sosial dan pribadi yang utuh, agar siap untuk menunjukkan eksistensinya di masyarakat.
Pengelolaan yang bertanggung jawab berarti bahwa pengelolaan bukan hanya sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu jabatan, melainkan berhubungan dengan guru profesional. Dan ternyata guru menjadi agen ganda. Sebagai tenaga profesional, mereka ingin menginspirasi siswa, mengejar ide-ide baru, dan membentuk program untuk memenuhi kepentingan siswa.
Guru menurut UU no. 14 tahun 2005 “adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
2. Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
4. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.
5. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
6. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
7. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
8. Guru Sebagai Pribadi
Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. yang sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
9. Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau peneliti. Menyadari akan kekurangannya guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.
10. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
11. Guru Sebagai Pembangkit Pandangan
Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada pesarta didiknya. Mengembangkan fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.
12. Guru Sebagai Pekerja Rutin
Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.
13. Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka memindah-mindahkan dan membantu peserta didik dalam meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru harus memahami hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.
14. Guru Sebagai Pembawa Cerita
Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan keberadaannya itu. Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul dalam lingkungannya dan berhubungan dengan lingkungan, tanpa mengetahui asal usulnya. Semua itu diperoleh melalui cerita. Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia. Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.
15. Guru Sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami respon-respon pendengarnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang actor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar.
16. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insane dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
17. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Penilaian harus adil dan objektif.
18. Guru Sebagai Pengawet
Salah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun di masa depan. Sarana pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia terdahulu adalah kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang akan diawetkan.

19. Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator. Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.
Metafora standar sangat kuat, sangat menggiurkan, tapi itu racun pendidikan. Kita perlu menemukan cara yang lain. Seperti kata roger, beliau mengambil rute non intuitif, dengan melihat dunia makanan. Makanan adalah gizi tubuh, dan pendidikan adalah gizi pikiran. Dan itulah bagaimana kita menyadari bahwa ada kesamaan antara sekolah berbasis dan restoran hamburger. Kembali pada tahun 1986, waralaba McDonald dibuka di Roma, Carlo Petrini dan wartawan berjalan dengan beberapa temannya. Dia membuat lelucon yang berubah menjadi sebuah gerakan: "ada makanan cepat saji, jadi mengapa tidak makanan lambat?" Sekarang ada sebuah kongres makanan lambat internasional, sebuah universitas makanan lambat, di seluruh Utara amerika. Di Italia, ada enam puluh kota mengejar "politik lambat" dengan menenangkan lalulintas, menjaga supermarket besar, dan membujuk restoran untuk menggunakan bahan-bahan organik.
Bahkan lebih baik, gerakan slow food memiliki mempunyai tujuan jangka panjang. Literatur itu menyatakan bahwa "di atas semua, sebuah gerakan untuk mempertahankan kebudayaan”. Itu adalah “pertempuran cara hidup yang hanya didasarkan pada kecepatan dan kenyamanan”, dan berusaha untuk menyelamatkan “warisan kebudayaan manusia”. Kalimat itu memiliki banyak kesamaan dengan pendidikan, di mana penghormatan terhadap warisan budaya terkait dengan implikasi jangka panjang. Slow food juga menekankan masyarakat, seperti halnya sekolah yang baik.
Pada intinya, kata “lambat” telah menjadi metafora untuk pendekatan particural untuk masalah praktis. Oleh karena itu gagasan “sekolah lambat”, bukan berarti membaca dalam gerak lambat untuk pelajar lambat. Sekolah lambat hadir untuk filsafat, tradisi, masyarakat, untuk pilihan moral. siswa memiliki waktu bukan hanya untuk menghafal, tetapi juga untuk memahami.
Di sebuah sekolah lambat, Anda memiliki beberapa teori tentang apa yang ingin Anda lakukan, tetapi diwujudkan dalam praktek. Sekolah cepat sangat berbeda seperti makanan cepat saji, di mana teori dipisahkan dari praktek. Misalkan dalam Hamburger ,menempatkan goreng daging sapi di roti dan itu akan terasa enak. Praktek ini adalah satu set didefinisikan prosedur, dan darimana daging sapi itu berasal merupakan kekhawatiran konsumen. Teori sekolah cepat merupakan teori sederhana: pendidikan tentang nilai kinerja pada konten tertentu. Tidak ada yang tahu di mana teori berasal dan tidak ada penelitian yang mendukung pandangan tentang pendidikan, dan banyak yang berpendapat bahwa itu bukan pendidikan.
Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli, Definisi - Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16)
Definisi pendidikan - Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263)
® Unsur-unsur Pendidikan
1. Input
® Sasaran pendidikan, yaitu : individu, kelompok, masyarakat
2. Pendidik
® Sasaran yaitu pelaku pendidikan
3. Proses
® Yaitu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain
4. Output
® Yaitu melakukan perilaku apa yang diharapkan (Soekidjo Notoatmodjo. 2003: 16)
® Tujuan Pendidikan
1. Menanamkan pengetahuan atau pengertian, pendapat dan konsep-konsep
2. Mengubah sikap dan persepsi
3. Menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang baru (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 68)
® Jalur Pendidikan
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, jalur pendidikan dibagi menjadi :
1. Jalur Formal
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah jurusan, seperti : SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas
2. Jalur Nonformal
3. Jalur Informal
® Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan
Faktor yang mempengaruhi pendidikan menurut Hasbullah (2001) adalah sebagai berikut :
1. Ideologi
Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan pendidikan.

2. Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan seseorang mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
3. Sosial Budaya
Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya.
4. Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan agar tidak kalah dengan negara maju.
5. Psikologi
Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih bernilai.
Bahkan, aspek krusial dari sekolah lambat adalah pendekatan filosofis, menghormati kompleksitas dalam masyarakat, dan membuat pilihan moral yang menonjol dalam karya kurikulum teori Joseph Schwab. Scwab berpendapat, dalam sambutannya pada tahun 1969 "Praktis: Sebuah bahasa untuk Kurikulum", bahwa bidang kurikulum punya masalah kelebihan teori daripada praktek, padahal yang dibutuhkan adalah teori yang terkandung dalam praktek. pengembangan kurikulum yang benar-benar bekerja untuk membangun musyawarah ,menemukan masalah yang sebenarnya, meninjau fakta yang relevan, mengingat solusi alternatif
Di sinilah metafora dari sekolah lambat memiliki kekuatan yang nyata, Ini sebuah tanda besar, dengan banyak ruang untuk berbagai macam pendekatan. Tapi ada satu atau dua aspek yang mungkin bisa dibuktikan. Pertama, sekolah harus dikontekstualisasikan untuk memahami masyarakat, sosial dan politik, dan bekerja sama dengannya. Kedua, perlu melihat secara kritis cakupan-cakupannya. Banyak yang bisa kita dapatkan dengan menghubungkan mata pelajaran, mengintegrasikan pembelajaran secara tematik. Ketiga ilmu fisika, kimia, dan biologi dapat disatukan dengan menggunakan satu tema, mengurangi tumpang tindih dan kekacauan. Ini bisa menjadi kelompok besar untuk mempromosikan luasnya budaya dan menghormati yang lain. Kuncinya adalah untuk memastikan bahwa tema memberikan ruang lingkup yang memadai.
Akuntabilitas dan sekolah lambat
Pada dasarnya, akuntabilitas berarti memberi sebuah laporan, menjelaskan apa yang dilakukan. Di bidang pendidikan, artinya guru menggambarkan dan menjelaskan kepada orang tua tentang program kegiatan dan tanggapan anak-anak mereka kepada mereka: itu dibenarkan oleh status profesional guru, dikerjakan oleh orang yang bertanggung jawab, dan ciri khas suatu sekolah. Ini didasarkan pada pemantauan secara informal, tanpa ada tes. Tujuannya adalah untuk mencapai hal pemahaman, bukan kepatuhan. Ini adalah konsep dari akuntabilitas profesional.
Kabar buruknya adalah bahwa gerakan standar telah menggantikan ini dengan pengelolaan akuntabilitas, tapi di sini adalah kabar baik. Sekolah lambat membuatnya berbeda, dan jauh lebih baik, bentuk akuntabilitas yang dibangun pada model profesional. Seperti dalam makanan lambat, Anda membuat gagasan dalam masyarakat bahwa ide-ide yang berbeda tentang kegiatan profesional dapat dirancang, di gunakan dalam praktek, dan digunakan untuk membuat ketenangan, kesenangan material. Para peserta harus membuat laporan sebagai kegiatan pembuka, dan hasil yang sebenarnya tidak hanya makanan yang memuaskan atau pelajaran, penemuan bentuk kehidupan dengan banyak kemungkinan. Makanan cepat saji adalah tentang resep: slow food adalah tentang sebuah cerita.
Di pusat perusahaan pendidikan terdapat kurikulum sekolah. Dalam arti luas, ada dua cara berpikir tentang kurikulum, dan akan selalu ada beberapa konflik antara mereka. Di satu sisi, sekolah bisa dilihat dari luar, sebagai lembaga yang dibuat masyarakat untuk kebutuhannya. Penekanannya adalah dalam memperoleh pengetahuan: keterampilan, sikap dan kompetensi didefinisikan oleh lembaga eksternal. Kurikulum ini tetap dan dilaksanakan sesuai prosedur, dan kami menilai keberhasilan dengan pertanyaan: dapatkah siswa menyerap isi yang terkandung? Ketika orang berbicara tentang "memberikan kurikulum", inilah yang ada di pikiran mereka: sebuah model sistematis kurikulum, yang fokus pada hasil. Ini adalah standar pendidikan berbasis model hamburger sekolah.
Di sisi lain, kita dapat memilih untuk melihat sekolah dari dalam, dan fokus pada praktek kurikulum pada keterlibatan antara guru dan peserta didik dalam konteks tertentu dan isu-isu itu membuahkan hasil. Kurikulum ini tidak menjadi persoalan dalam menerapkan jawaban yang telah ditentukan, tetapi dalam memecahkan masalah interaktif dapat menguntungkan semua siswa, menggunakan metode musyawarah. Salah satu metode yang digunakan dalam memecahkan masalah yaitu:
Metode problem solving (metode pemecahan masala) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga ,merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan. Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya
Fokus dalam prosessiswa yang mempengaruhi belajar mereka sendiri. Ini adalah model deliberatif kurikulum, dan kami menilai keberhasilan dengan : Bagaimana siswa kami melihat diri mereka? Dapatkah mereka membuat penilaian moral? Apakah mereka membuat sesuatu dari diri mereka sendiri? Metafora dari sekolah lambat merupakan upaya untuk menghidupkan model ini dalam pendidikan liberal.






BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah membaca buku diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa dalam buku ini terdapat 6 pembahasan utama menurut para ahli, yang meliputi :
1. Demokrasi
Setelah di analisa, dalam tulisan ini terdapat satu garis besar yang dapat disimpulkan, yaitu DEMOKRASI. Demokrasi yaitu bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan. Dalam tulisan ini, ada yang melakukan penelitian pada suatu masyarakat yang jauh dari sifat kemodernisasian. Tetapi pada kehidupan mereka, sama dengan masyarakat lainnya yang jauh lebih modern. Tetapi cara hidupnya saja yang berbeda. Daerahnya bernama OKANAGAN yang berada di daerah Indian.
Mereka masyarakat yang membudidayakan apa yang telah diwariskan oleh nenek moyang seperti cara berkomunikasi, bertahan hidup, dan cara pengambilan keputusan tradisional yang melibatkan proses khusus yang disebut En’owkin (memelihara kerjasama secara sukarela).
2. Bahasa Alam
Fritjof capra menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sistem kehidupan adalah segala hal yang ada didunia. Ekosisterm merupakan sistem yang mengorganisasi dan mengatur dirinya sendiri di mana populasi organisme tertentu mengalami fluktulasi periodik. Karena sifat dasar jalur dan interkoneksi di dalam suatu ekosistem yang bersifat nonlinear. Ekosistem yang bersifat nonlinear adalah ketika sesuatu yang baik, tidak selama akan menjadi lebih baik, karena ini bergerak seperti siklus, bukan bergerak seperti garis lurus. Dan esensi dari kehidupan bukanlah terletak pada makro molekul, akan tetapi kesesuaian dan proses interaksi yang terjadi pada molekul-molekul tersebut.
Alam menopang kehidupan dengan menciptakan dan memelihara komunitas. Di antara yang paling penting dari konsep-konsep ini, diakui dari mengamati ekosistem ratusan, adalah "jaringan", "Sistem bersarang", "saling ketergantungan", "keragaman", "siklus", "mengalir", "pembangunan", dan "keseimbangan dinamis".
3. Pola Pemecahan
Dari analisis diatas dapat kami simpulkan bahwa sebuah pola pemecahan yang baik menurut Wendell Berry adalah pola pemecahan yang sesuai dengan segala permasalahan yang sedang dihadapi dan dapat menyelesaikan segala permasalahan tersebut tanpa menimbulkan masalah baru.
4. Nilai
Nilai merupakan gagasan dasar kita dalam bersikap, Kita sebagai manusia harus mempunyai aturan –aturan tentang apa yang kita lakukan, berbeda dengan hewan yang tidak memiliki aturan dan nilai. Namun pandangan manusia tentang nilai tersebut itu pasti akan berbeda dengan manusia lainnya, karena nilai yang baik menurut seseorang itu, belum tentu baik pula menurut orang lain.
5. Nilai Makanan Cepat Saji dan Makanan Tradisional
Makanan merupakan salah satu produk budaya manusia. Namun sayangnya industrialisasi dan konsumerisme yang didukung oleh globalisasi dan liberalisasin perdagangan telah banyak mengubah cara makan masyarakat saat ini.Fast food telah menjadi tren baru dalam masyarakat. Padahal fast food pada dasarnya tidak lebih dari produk yang diciptakan dalam rangka meraup keuntungan materil yang sebesar-besarnya dan makan fast food sebenarnya tidak baik untuk kesehatan kita apabila dikonsumsi secara terus-menerus. Berdasarkan hal tersebut slow food kemudian dibentuk sebagai suatu gerakan untuk membentuk kembali budaya masyarakat mengenai bagaimana mereka harus hidup dan bagaimana mereka makan dengan nilai-nilai yang mereka miliki, tanpa harus dipengaruhi oleh standar masyarakat modern yang diciptakan fast food.dalam gerakan slow food sendiri dapat kita lihat bahwa masyarakat berkumpul karena adanya kesadaran akan nilai yang mereka yakini bersama. Akan memandang berbagai macam entitas (suku, agama, maupun kewarganegaraan) mereka membentuk collective action untuk melakukan penolakan atas struktur yang mereka anggap salah dan tidak adil.
6. Kurikulum
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal baik itu pendidikan dasar atau pendidikan menengah. Guru merupakan faktor yang penting dalam dunia pendidikan dan sangat berpengaruh untuk keberhasillan tujuan pendidikan.
Sedangkan pendidikan itu sendiri merupakan upaya untuk merubah sikap seseorang baik individu ataupun kelompok dengan cara mendidik, mengajar dan melatih.
® Dalam arti luas, ada dua cara berpikir tentang kurikulum suatu sekolah :
Di satu sisi, sekolah bisa dilihat dari luar, sebagai lembaga yang dibuat masyarakat untuk kebutuhannya. Penekanannya adalah dalam memperoleh pengetahuan: keterampilan, sikap dan kompetensi didefinisikan oleh lembaga eksternal. Kurikulum ini tetap dan dilaksanakan sesuai prosedur,
Di sisi lain, kita dapat memilih untuk melihat sekolah dari dalam, dan fokus pada praktek kurikulum pada keterlibatan antara guru dan peserta didik dalam konteks tertentu dan isu-isu itu membuahkan hasil.
Dari paparan diatas dapat kita ketahui bahwa Buku Ecological Literacy pasti akan sangat berguna bagi guru dan pendidik lainnya, tetapi cocok juga bagi orangtua untuk membacanya. Ini adalah tentang waktu agar pedagogi ini masuk ke sekolah-sekolah kita. Orr telah menunjukkan berulang kali dalam pidato terakhirnya, bahwa kemampuan untuk hidup lebih lestari di bumi tidak lagi secara teknis di luar kita. Hal ini dapat dilakukan. Dibutuhkan kemauan dan ketekunan untuk melakukannya. Dan sekolah adalah tempat yang tepat untuk memulai.
Secara keseluruhan ini adalah sebuah buku yang baik, tepat dan sangat diperlukan. Waters menulis dalam kontribusinya, "Sistem sekolah umum menjadi harapan terbaik kita yang terakhir untuk mengajarkan nilai-nilai demokrasi yang nyata yang dapat menahan suara berbahaya dari orang-orang yang ingin kita percaya bahwa hidup adalah semua tentang pemenuhan pribadi dan konsumsi pribadi."